Tuesday, July 19, 2005

Ketika ALLAH Mengalahkan Mereka

Saat Perang Irak berkecamuk 2002 lalu, tak ada yang meragukan keganasan jet tempur Tornado milik Inggris. Inilah pesawat yang ikut andil meluluhlantakkan kota Bagdad dari udara dengan bom-bomnya. Tetapi siapa pernah menduga, kalau pesawat itu justru hancur digempur misil Patriot milik sekutunya sendiri, Amerika Serikat.

Atau simaklah ini, kekuatan habis-habisan pasukan sekutu merangsek maju ke ibukota Irak, terhambat berhari-hari. Bukan karena dihadang pasukan Irak, melainkan karena badai pasir yang luar biasa dahsyat. Konon butirannya sampai menembus jaket dan masker mereka, sehingga menimbulkan banyak kepanikan.

Sejarah menunjukkan, hal-hal aneh dan ajaib di medan pertempuran kerap terjadi dalam perjalanan kaum muslimin, sejak jaman nabi hingga masa modern kini. Awam, atau para ahli yang tak percaya keimanan dan kekuasaan Allah, dapat saja menyebutnya karena taktik pihak musuh, faktor alam, atau keberuntungan semata. Tapi fakta tak terbantahkan, ada 'tangan' Allah yang bermain di sana. Berikut beberapa di antaranya:

Hujan, Ketenangan, dan Khusyuk

Di saat Perang Badar, malam hari sebelum perang, kaum muslimin merasa tenang dan lega. Mereka dapat beristirahat dengan hati penuh kepercayaan. Atas rahmat Allah, malam itu turun hujan rintik-rintik, membuat udara sejuk dan nyaman, Keesokan harinya mereka merasa segar dan pikiran penuh dengan harapan baru. Pasir di sekitar mereka menjadi agak padat sehingga mudah diinjak dan meringankan langkah. Kemudahan itu dinyatakan dalam Al Quran surat Al Anfaal ayat 11.

Beberapa saat setelah usai Perang Dzatu Riqa', Rasulullah SAW dan kaum muslimin berhenti di suatu tempat untuk bermalam. Rasul memilih beberapa sahabat untuk menjadi pengawal malam bergiliran, mengingat ancaman musuh masih mungkin datang. Mereka antara lain adalah Amar bin Yasir r.a dan Abbad bin Bisyir r.a., mendapat giliran pertama. Abbad menyilakan Amar tidur karena sahabatnya itu kelihatan capai.

Saat ia menjaga dan merasa aman, Abbad pun bersalat, membaca Fathihah dan ayat Al Quran. Tahu-tahu ada sebuah panah meluncur dan mengenai lengannya hingga berlubang. Ia mencabutnya, dan meneruskan salat. Panah kedua meluncur lagi, ia cabut kembali, demikian pula panah ketiga, ia cabut sambil terus rukuk, lalu sujud. Saat tak tahan lagi, tangannya membangunkan Amar, sementara ia terus menyelesaikan salatnya, baru kemudian berkata lirih kehabisan tenaga "Bangunlah, gantikan aku menjaga, aku terkena panah." Amar pun melompat bangun dan berteriak sehingga si pemanah gelap lari. Ketika ditanya kenapa tak membangunkannya, Abbad menjawab : "Tadinya aku membaca ayat Al Quran dan aku ttidak ingin menghentikannya..." Kekhusyukan salat dan membaca Al Quran ternyata menguatkannya.

Satu orang =1000 tentara

Dalam usaha penaklukan Mesir di jaman Khalifah Umar bin Khattab r.a., beliau menulis surat kepada panglima pasukan muslimin yang bertugas, Amru bin Ash r.a. Beliau menanyakan, mengapa penaklukan berjalan lamban sejak beberapa tahun lalu. Karena itu, selain surat, khalifah mengirim empat sahabat, yakni Az Zubair bin Al Awwam, Miqdad bin Al Aswad, Ubadah bin Al Shamit, dan Masalamah bin Mukhalad. "Sepanjang yang kuketahui, seorang lelaki di antara mereka setara dengan seribu lelaki, kecuali kalau mereka telah diubah oleh unsur-unsur yang mengubah orang lain," tulis Umar. Beliau memerintahkan agar keempat orang ini ditampilkan di depan pasukan, untuk menambah semangat dan keyakinan mereka.

Begitu menerima surat dan kehadiran empat sahabat, Amru bin Ash melaksanakan amanat khalifah tersebut. Mereka mengerjakan salat dua rakaat dan memohon pertolongan Allah. Dan tak lama kemudian, Allah menaklukkan Mesir untuk mereka.

Bantuan Malaikat

Allah juga menurunkan para malaikat-Nya untuk membantu kaum muslimin melawan orang kafir pada beberapa peperangan seperti Badar dan Uhud. Al Baihaqy, men-takhrij dari Aud bin Abdurrahaman, budak Ummu Bartsan, menceritakan dari seseorang yang pernah mendengar keluh kesah seorang kafir, bahwa ketika orang-orang musyrik bertempur melawan Muhammad SAW, mereka menghunus pedang dan siap menyerang. Tapi tiba-tiba muncul beberapa orang berwajah tampan mendatangi mereka seraya berkata,"Kalian adalah orang-orang yang berwajah buruk. Minggirlah kalian!" Setelah mereka berkata seperti itu, orang-orang kafir mengalami kekalahan yan telak.

Ada pula seorang Anshar dari pasukan muslimin, yang dalam sebuah pertempuran berusaha mengejar seorang musuh musyrikin di depannya. Tapi dia mendengar ada suara lecutan cambuk dari atas dan suara kuda dengan sebuah suara, "Maju terus wahai Haizum." Selagi pandangannya tertuju pada musuh yang dburunya, ternyata orang kafir itu sudah menggeletak di tanah. Wajah mayat itu hancur terkena lecutan cambuk. Maka sahabat Anshar ini menemui Rasul SAW menceritakan semuanya. Beliau bersabda, "Benar apa yang engkau ceritakan. Itu merupakan pertolongan malaikat yang datang dari langit ketiga. Jumlah mereka tujuh puluh malaikakat dan dapat menawan 70 musuh."

Ciri-ciri malaikat 'turun tangan' membantu kaum muslimin antara lain berupa kematian musuh dengan cara leher terpenggal dan ujung jari-jari mereka terpotong, (Al Quran Surat Al Anfaal ayat 12).

Tanah, Angin, dan Petir

Saat perang Hunain, Rasul menghadapi saat-saat genting ketika banyak pasukan muslimin yang kocar-kacir digempur musuh. Yang tinggal di dekat beliau hanyalah sahabat Abbas bin Abdul Muthalib dan Abu Sufyan bin Al Harits. Ketika musuh merangsek maju, Beliau menaburkan ke muka orang-orang musyrik segenggam tanah. Orang-orang kafir itu mengaku mereka seolah melihat batu dan pepohonan memburu mereka. Kaum musyrikin akhirnya dapat dikalahkan.

Sementara, pada perang Ahzab (Khandaq), musuh mengepung kota Madinah dari segala penjuru. Ketika saat puncaknya, di malam hari angin kencang berhembus, memporak-porandakan pasukan sekutu (Ahzab). Angin itu amat menusuk tulang, diiringi petir menyambar-nyambar. Saking kacaunya, pemimpin mereka waktu itu, Abu Sufyan, langsung lari lintang pukang dengan untanya, kembali ke Mekkah. Mereka gagal masuk ke kota, dan kaum muslimin meraih kemenangan gemilang.

Mayat Dilindungi Lebah

Dalam suatu kesempatan, Rasulullah mengirim pasukan perang dan mengangkat Ashim bin Abul Aflah sebagai komandan. Ashim pernah berujar bahwa ia tidak sudi berada dalam perlindungan orang musyrikin. Ia bersumpah pada Allah agar tubuhnya kelak tidak dijamah orang musyrik dan dia tidak mau menjamah oang musyrik. Ketika Ashim terbunuh, orang-orang Quraisy mengirim utusan untuk memotong sebagian anggota tubuh Ashim sebagai bukti. Pasalnya, sewaktu Perang Badar, Ashim berhasil membunuh banyak pemimpin Quraisy. Yang terjadi kemudian adalah, Allah mengutus sekumpulan lebah untuk melindungi jasadnya dari tindakan keji itu. Karena itu, sahabat Ashim ini dijuluki sebagai "Orang yang Dilindungi Lebah."

Jumlah Bukan Ukuran

Dalam Perang Badar, Allah swt memberikan rahmatnya bagi pandangan para pejuang muslimin, sehingga mereka melihat jumlah musuh seolah tampak sedikit dari yang sebenarnya. Para sahabat melihat dan saling berbicara membicarakan jumlah orang kafir. Mereka menduga, jumlahnya hanya tinggal 70 orang. Setelah perang usai, dari tawanan mereka tahu bahwa jumlah musuh mencapai 1000 orang.

Sementara, dalam sebuah peperangan melawan Romawi, seorang pasukan muslimin bernama Hajar bin Ady berteriak kepada rekan-rekannya, "Mengapa kalian tidak segera menyerbu musuh dengan menyeberangi Sungai Tigris ini? Sementara Allah telah berfirman, sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya."
Segera dia terjun ke sungai dengan tetap menunggang kudanya, lantas para prajurit muslim mengikuti langkahnya. Musuh yang melihat tindakan yang dilakukan para prajurit itu berkata, "Ada jin Ifrit datang..." dan mereka pun melarikan diri.

Di Perang Mu'tah, kaum muslimin yang berjumlah 3000 orang maju melawan 100.000 pasukan Romawi, plus 100.000 pasukan lainnya dari Nasrani Arab. Dalam perang yang berlangsung hebat itu, Rasulullah yang ada di Madinah dapat menggambarkan kejadian yang tengah berlangsung di medan perang, atas izin Allah. Zaid bi Haritsah r.a. yang bertugas membawa panji Rasulullah bertempur dengan gagah berani, hingga akhirnya syahid di ujung tombak musuh. Ja'far bin Abi Thalib r.a. segera mengambil alih panji tersebut dan menerjang musuh.

Kepahlawaan Ja'far dilukiskan, tangan kanannya yang memegang panji ditebas musuh hingga putus, dengan segera ia mengalihkan panji ke tangan kiri. Ketika tangan kiri juga putus, ia mengepitnya dengan kedua lengannya, sebelum akhirnya gugur dalam usia yang belia, 33 tahun. Panji itu langsung digaet Abdullah bin Rawahah, yang tak lama kemudian menyusul gugur. Tsabit bin Arqad mengambil laih dan berteriak kepada kaum muslimin agar mereka memilih pimpinan yang baru setelah 3 pimpinan gugur. Pasukan muslim memilih Khalid bi Walid, yang kemudian berhasil membawa pasukan muslimin memukul mundur pasukan Romawi hingga kocar-kacir, sebelum akhirnya memutuskan menarik pasukan kembali ke Madinah.

Cobaan yang lebih berat datang ketika Perang Tabuk menghadapi Romawi. Saat itu musim paceklik, sehingga pasukan muslimin begitu terbatas persenjataan dan logistiknya, sehingga saat itu dijuluki sebagai "Jaisyul 'Usrah" (pasukan yang menghadapi kesukaran) . Saking terbatasnya, seekor unta harus dinaiki bergantian oleh 2-3 orang tentara. Dalam terik matahari, haus mendera, dan banyak pasukan kondisinya amat mengkhawatirkan. Saat itu, para sahabat menanyakan Nabi SAW untuk meminta pertolongan Allah. Rasul SAW pun mengangkat tangan menengadah ke langit dan baru menarik tangannya setelah turun hujan deras. Orang-orang beramai-ramai minum dan mengisi wadah airnya hingga penuh.

Dalam perang lainnya, Rasul pernah mendoakan seluruh sisa perbekalan makanan yang ada pada pejuang muslimin. Setelah itu, seluruh anggota dipersilakan mengambil bekal masing-masing. Hingga pasukan itu habis, makanan yang tersedia ternyata masih utuh, bahkan dengan ukuran yang sama seperti saat didoakan.

Keajaiban di Afghanistan

Berbagai peristiwa menakjubkan yang terjadi pada zaman sahabat dan tabi"in, ternyata juga dialami para mujahidin beratus tahun setelahnya. Lahan jihad Afghanistan menyisakan berbagai kisah nyata pertolongan Allah terhadap kaum mujahidin dalam mengusir pasukan Tentara Merah Uni Soviet dari sana. Dr. Abdullah Azzam, salah satu panglima mujahidin Afghanistan yang terkenal, telah merangkum dalam sebuah berjudul "Ayatur Rahman fi Jihadil Afghan" (Tanda-tanda Kekuasaan Allah dalam Jihad Afghanistan) tentang keajaiban-keajaiban yang terjadi selama perang.

Misalnya, seorang anak usia 3 tahun, di malam hari dengan gagah berani membawa korek api menuju tank Soviet. Sang komandan bingung dan bertanya apa maksud bocah tersebut. Bawahannya dengan tergopoh-gopoh memberi tahu bahwa balita itu bertekad membakar tank-tank musuh yang masuk ke desanya!

Seorang wanita, dalam kesempatan lain, ada di depan mesjid yang di dalamnya terdapat pejuang muslim yang tengah dikepung tank-tank musuh. Si wanita berdoa, "Ya Allah, jika Engkau akan memberikan kekalahan pada para mujahidin yang ada di dalam sana, maka jadikanlah diriku sebagai tumbal untuk menyelamatkan mereka..." Padahal, dua hari lagi wanita itu akan melangsungkan pernikahannya. Benar saja, wanita itu tewas diberondong peluru tentara musuh dan para mujahidin bisa menyelamatkan diri.

Ada pula kisah pasukan Mujahidin yang hanya 40 personel membuat kalang kabut sepasukan besar Rusia. Dengan bermodalkan senjata sederhana dengan pinggang dililit kain kafan putih, mereka berteriak, ''Allahu Akbar!'' dan menerjang barisan musuh. Anehnya, pasukan Soviet itu lari tunggang langgang. Prajurit Rusia yang tertangkap mengaku, mereka kabur karena tiba-tiba melihat pasukan Mujahidin berjejal memenuhi bukit. Seruan ''Allahu Akbar'' terdengar membahana bak letusan ribuan senjata menggetarkan bumi.

Di daerah Syathura, mujahidin yang cuma berkekuatan 25 orang digempur musuh yang berjumlah 2000 orang. Pertempuran sengit terjadi selama empat jam, dengan kemenangan di pihak mujahidin. Musuh yang tewas sebanyak 80 orang dan 26 tertawan. Tawanan Soviet itu mengaku bahwa pasukan mujahidin dengan senapan mesin buatan Amerika menghujani mereka dari empat penjuru mata angin. Padahal, 25 orang pejuang tadi hanya menggnakan senapan sederhana dan hanya menyerang dari satu arah.

Dalam Majalah GATRA tahun 2001, Ustad Ja'far Umar Thalib, Panglima Laskar Jihad, dan pernah berjuang di sana, bercerita dalam suatu kesempatan Mujahidin terkepung di sebuah lembah. Dua helikopter besar ada di atas dan siap melontarkan bomnya. Sementara para mujahid hanya punya sisa satu bazoka. Allahu Akbar, satu bazoka itu menghancurkan sebuah heli yang, anehnya, kemudian menimpa heli lainnya.

Pasukan Beruang Merah juga takluk oleh cuaca. Psaukan mujahidin pimpinan Ahmad Syah Mas'ud (yang bergelar Singa Lembah Panshir) pernah dikepung tentara Soviet di wilayah Panshir. Mereka dipaksa bertahan di dalam gua. Sebulan kemudian, yang terjadi justru tentara Rusia mati bergelimpangan karena kedinginan.

Kisah Mujahidin Ambon

Seorang pejuang Putih (istilah untuk orang Islam ) pernah menghadapi pasukan merah (Nasrani) yang memberondong tubuhnya dengan rentetan tujuh tembakan. Anehnya, pejuang itu tak kurang satu apapun. Pejuang Putih justru mudah digempur dan lemah kalau mereka emosi dan melontarkan kata-kata kotor. Karena itu, pasukan Merah konon suka memancing dengan kata-kata kotor, menghina agama, menghina nabi, dan lain-lain, agar para pejuang muslim emosi dan balas memaki.

Seorang dokter pernah kagum tatkala mengobati seorang pasien yang terluka akibat panah di tubuhnya. Belum selesai diobati, sang pasien memaksa untuk turun lagi ke medan jihad. "Ayo dok, tolong sembuhkan saya segera. Biar saya balik lagi ke sana..." ujar sang pasien. Ada juga seorang anak perempuan berusia 11 tahun yang mengancam akan bunuh diri kalau orang tuanya tidak mengizinkan dirinya berjihad. Konon, wanita muda itu menjadi salah satu pemimpin pasukan jihad Jailolo.

Atau, simaklah pengalaman dr. Jose Rizal Jurnalis dari MER-C di sebuah majalah. Di Tual, jumlah umat Islam hanya 20%, kampungnya terjepit di tepi pantai, sementara orang-orang Kristen berada di kawasan yang lebih tinggi. Orang-orang Merah menyerang dengan gencar dengan berbagai macam senjata. Hebatnya, umat Islam mampu bertahan. Setelah suasana aman dan Islam-Kristen berbaur kembali, rahasianya terungkap. Orang Kristen mengaku sudah setengah mati menyerang tapi akhirnya lari sebab mereka melihat banyak sekali orang berpakaian putih-putih, tersebar dimana-mana, bahkan di pohon dan genting rumah.

Seorang pemimpin pasukan jihad, dalam ceramahnya di kawasan Rawamangun, berkisah lain lagi. Tatkala pasukan merah menyerang pasukan muslim yang tersudut di sebuah mesjid, tahu-tahu saja mereka lari lintang pukang dan berteriak ketakutan. Selidik punya selidik, mereka mengaku halaman mesjid, mereka melihat banyak sekali anak-anak kecil berbaju putih berdiri tegap melindungi mesjid. Siapakah mereka? Wallahu a'lam.

Pert
olongan Bagi Orang Mukmin

Perang yang dahulu (dan masih hingga kini) di Irak, sesungguhnya juga menyisakan banyak pertanyaan tentang kejadian-kejadian ganjil. Bagaimana mungkin seorang petani bisa menjatuhkan heli Apache yang paling canggih di dunia? Bagaimana mungkin misil dan rudal yang terprogram dengan akurat bisa melenceng ke Iran, Turki, Saudi, atau Kuwait?

Yang jelas, pertolongan Allah tak dapat ditebak kapan dan di mana datangnya. Hanya, pertolongan tersebut ditujukan kepada kaum dan masyarakat yang berjuang ikhlas membela agamanya. Banyak riwayat para sahabat dan kejadian di dunia modern seperti di atas menjelaskan tentang keajaiban yang Allah berikan di saat kondisi kaum muslimin terjepit, hampir tak berdaya.

"(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dari hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka kepada Allah dengan bermacam-macam purbasangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat." (al-Ahzaab: 10­ 11)


Wallahu a'lam

Sunday, July 17, 2005

Akhirnya...

Dua tahun itu sebentar
Mungkin malah cuma sekerjap mata
Baru kemarin rasanya
mengisi malam-malam penuh wacana
diskusi di ruang terbuka
dengan paper dan take home exam yang melelahkan

Dua tahun itu
sama dengan satu jam
2003-2005 setara dengan 15 juni 2005 14.00-15.00
ketika nasib dan status
ditentukan ketuk palu para dosen
"Dengan senang hati, kami meluluskan Saudara.."

Plong...


(Jumat, 15 Juli 2005, 14.00 -15.00 WIB, aku akhirya menjalani sidang akhir pengujian tesis di program pascasarjana, departemen ilmu komunikasi FISIP-UI. Sidangnya terbuka, karena bbrp teman ingin ikut dan menyaksikan. Ya sudah, apa ruginya, kalau hancur ya hancur sekalian. Namun ternyata semua berjalan lancar. Dua tahun jerih payah terbayar, dua tahun menjalani sisa malam dengan terkantuk-kantuk di bis antarkota UKI-Bogor, setelah seharian bekerja, lalu berlanjut dengan kuliah malam yang melelahkan. Begitu, empat-lima hari sepekan, selama hampir 24 bulan).

Ini pastilah bukan (sekadar) soal gelar. MSi, kek, MS kek, atau apalah. Tugas menuntut ilmu, yang aku rasa sudah sampai taraf wajib, karena jika aku tidak menambah ilmuku berarti aku potensial menzalimi banyak orang dengan pekerjaanku yang terkait bidang komunikasi. Itu saja...

Menuntut ilmu dari buaian hingga liang lahat. Sekarang, satu tahap kewajiban lagi sudah selesai. Aku menanti dan mencari dengan semangat tugas dan tantangan lain.

I'll miss my campuss at Salemba... (ah)

Thursday, July 07, 2005

Blog-ku Sayang, Blog-ku Malang

Sebenarnya sedih juga, ninggalin blog begini lama. Sampai ketika si Abdul Latief Siregar a.k.a Azis Sutan Barita a.k.a Poltak yang baru jalan-jalan dari Pakistanshire (eh, maksudnya Bradford) menulis harapannya agar ada updating. Plus, Mbak Hani, yang dengan polos nanya di shoutbox, "Yang punya keblog lagi ke mana nih..?"

Sesungguhnya saya tidak ke mana-mana. Cuma, malu untuk bilang bahwasanya ada banyak kejadian selama bulan Juni lalu, dan persoalannya belum kelar hingga kini. Soal tesis menjelang ujian, soal kepindahan kerja, dll. Sampai-sampai, nulis di Insani saja di-stop dulu.

Sebegitu seriusnya kah persoalan? Klise barangkali. Tetapi memang begitulah. Tak heran, hingga kemudian blog jadi nomor sekian dalam prioritas. Kabar buruk buat dunia per-blog-an? Mungkin ya, mungkin nggak. Emang gua siapa sih? Hehehe...

Mudah-mudahan ntar malam, saya bisa mulai menulis lagi. Nggak janji, sih. Cuma kasih harapan aja :)