Dua tahun itu sebentar
Mungkin malah cuma sekerjap mata
Baru kemarin rasanya
mengisi malam-malam penuh wacana
diskusi di ruang terbuka
dengan paper dan take home exam yang melelahkan
Dua tahun itu
sama dengan satu jam
2003-2005 setara dengan 15 juni 2005 14.00-15.00
ketika nasib dan status
ditentukan ketuk palu para dosen
"Dengan senang hati, kami meluluskan Saudara.."
Plong...
(Jumat, 15 Juli 2005, 14.00 -15.00 WIB, aku akhirya menjalani sidang akhir pengujian tesis di program pascasarjana, departemen ilmu komunikasi FISIP-UI. Sidangnya terbuka, karena bbrp teman ingin ikut dan menyaksikan. Ya sudah, apa ruginya, kalau hancur ya hancur sekalian. Namun ternyata semua berjalan lancar. Dua tahun jerih payah terbayar, dua tahun menjalani sisa malam dengan terkantuk-kantuk di bis antarkota UKI-Bogor, setelah seharian bekerja, lalu berlanjut dengan kuliah malam yang melelahkan. Begitu, empat-lima hari sepekan, selama hampir 24 bulan).
Ini pastilah bukan (sekadar) soal gelar. MSi, kek, MS kek, atau apalah. Tugas menuntut ilmu, yang aku rasa sudah sampai taraf wajib, karena jika aku tidak menambah ilmuku berarti aku potensial menzalimi banyak orang dengan pekerjaanku yang terkait bidang komunikasi. Itu saja...
Menuntut ilmu dari buaian hingga liang lahat. Sekarang, satu tahap kewajiban lagi sudah selesai. Aku menanti dan mencari dengan semangat tugas dan tantangan lain.
I'll miss my campuss at Salemba... (ah)
3 comments:
Selamat Mas Husein. I can feel exactly the way you felt..Malem2 bergadang gak ada habisnya, rebutan komputer sama bang latief, ngantuk2 tetep aja jurnal2 belum beres kebaca. Bedanya, Mas Husein udah kelas, while I am struglling with my dissertation now. Hikss..doain ya. Apa ya rasanya kalau nanti disertasi udah di-approve, trus lulus dan boleh pulang. Really anxious about that.
Bravo Kang Ucen. Siapa ya yg bilang: Era dijital bukan membuat dunia makin rasional malah yang terjadi kebalikannya, makin emosional. Cen gimana kalo mulai dikembangin komunikasi anti-globalisasi. Bukan Growth of Domestic Product, tapi GD Happines; kayak di Kerajaan Bhutan sono. Bravo anti-globalisasi!
wah, saya selalu salut sama mereka yang mau berpayah-payah mengejar ilmu dengan segala aral rintangannya... selamat bang, ternyata kita sama-sama dari komunikasi fisip-ui, cuma saya s1nya.
Post a Comment