Wednesday, January 30, 2008

Yang telah Selesai

Tiga hari penuh berita bertaburan tentang perginya seorang tokoh besar. Entah dia sebagai pahlawan besar, atau sebagai penjahat besar, itu soal lain. Hidupnya bak dua mata pisau yang agaknya sama tajamnya. Jadi, kalau banyak orang bertengkar soal itu, tak mengherankan.

Yang jelas, tahu-tahu saja jadi ingat sebuah puisi yang dimusikalisasi oleh penyair sekaligus musisi, Abdul Gafar Abdullah alias Ebiet G. Ade. Kalau tak salah tahun 1982 dalam album "Langkah Berikutnya" (jadul banget bukan gue?). Sepertinya cocok. Kebetulan pula lagunya ada di Samsung MP3 player saya. Ya sudah, sambil berdiri terselip di antara penumpang KRL Eksekutif, puisi ini saya dengarkan. Mau ikut menikmati. Monggo....

Yang telah Selesai

Jangankan untuk berpikir
sedang mendengar pun enggan
Jeritan pilu lewat bagai angin
Jantungnya telah membeku

Lupa segala-galanya
tak merah tak juga jingga
Rintihan kelu tak ubah nyanyian
Ibanya telah membatu

Semakin hari semakin tak peduli
semua harapan tlah pupus
Matanya kosong
Sinarnya binasa
Bibirnya rapat
terkunci

Dia bukan milik kita lagi
terselubung dalam sepi
Masa lalunya begitu gelap
Benturan demi benturan
begitu berat menekan

Jangankan untuk menyapa
sedang menoleh pun enggan
Lampu jalanan pun perlahan padam
dia hanya pantas dikenang

Sekali waktu terbangun
Nafasnya tersendat-sendat
sumpah serapah yang ia gumamkan
"Dia hanya pantas dikenang..."

No comments: