Tuesday, August 22, 2006

Blunder Lagu-lagu Perjuangan

HUT Kemerdekaan pastilah identik dengan lagu-lagu nasional dan perjuangan. Lagu-lagu macam Garuda Pancasila, Hari Merdeka, Halo-halo Bandung dan sebangsanya, mendadak marak jadi musik atau lagu latar di televisi dan radio.

Meski tak banyak disinggung orang, sesungguhnya ada yang unik dari lagu-lagu ini. Jujur saja, rasanya tak banyak lagi pemuda yang hapal dengan lagu-lagu perjuangan (bahkan dalam sebuah tayangan TV, tampak banyak anak muda yang lupa syair Indonesia Raya, dan tak ingat isi teks Pancasila atau Proklamasi). Bukannya sok nasionalis (saya juga ndak begitu kayaknya). Tetapi pengetahuan soal-soal beginian harusnya sih, menurut saya, tetap harus dipunyai kaum muda.

Dan jujur (lagi), saya dulu termasuk yang getol, mulai dari ikut pasukan pengibar bendera, langganan jadi komandan upacara, jadi dirigen (anak-anak dulu, termasuk saya, bilangnya jerigen… hahaha), hingga saat SMA aktif di Pramuka dan marah benar kalau ada teman-teman sekolah yang tak paham prosedur upacara, atau lupa syair lagu-lagu wajib.

Nah, termasuk pula soal lagu-lagu tadi. Tanpa dinyana, banyak anak-anak dan remaja dahulu seperti saya, menghapal mati lagu-lagu itu. Lagu-lagu itu akhirnya banyak yang sekadar hapalan. Waktu SMA, saya baru sadar, misalnya, bahwa teks lagu yang sudah saya hapal sejak TK ternyata keliru. Itu karena kami cuma mendengar dan menghapal dari guru, tidak melihat langsung teksnya di buku-buku lagu.

Belakangan, saat saya diskusi santai dengan istri di rumah, ternyata dia juga punya pengalaman serupa. Kami pun tertawa-tawa saat mengingat-ingat, betapa lugunya hapalan lagu itu, yang ternyata meleset dari teks sebenarnya.

Ini dia beberapa yang saya ingat:

1. Lagu Halo-halo Bandung
Pada awal lagu:

“Halo-halo Bandung Ibukota PERIANGAN….”

Dulu, saya kira Periangan itu adalah ibukota penuh kegembiraan, riang gembira, atau semacam itulah. Rupanya yang dimaksud Periangan itu adalah (tanah) PARAHYANGAN alias ibukota Jawa Barat. Waduh, saya baru sadar ini ketika SMA!

2. Lagu Hari Merdeka
Pada larik syair:

“Sekali merdeka tetap merdeka, selama AYAH masih di kandung badaaan…”


Sumpah, dulu begitulah kami di SD dan SMP menyanyikannya. Meskipun bingung, kenapa kok ayah yang dikandung badan (bukan ibu, atau kakek, misalnya), manalah kami peduli. Karena itu, tiap kali jadi jerigen (baca: dirigen) di SD dan SMP, saya selalu semangat menyanyikannya: “Selama AYAH masih di kandung badaaaan…”

Belakangan saya tahu, ternyata teks yang benar adalah:

“Selama HAYAT masih di kandung badan…”

Oalaaaaah……

3. (Masih) Lagu Hari Merdeka
Pada refrainnya, dinyanyikan seperti ini:

“Kita TETAP, TETAP, TETAP, TETAAAP, mempertahankan Indonesia….”

Sama, walau heran, kok boros benar pengarang lagunya memakai kata tetap, tetapi ya begitulah harusnya dinyanyikan. Eh, ternyata salah. Syair yang benar adalah:

“Kita TETAP SETIA, TETAP SEDIA, mempertahankan Indonesia….”

4. Lagu Garuda Pancasila
Teman-teman saya, bahkan sejawat ibu saya di komplek AURI dulu, menyanyikan lagu ini dengan gempita seperti ini:

“Garudaaa Pancasilaaaa, Akulah PENDUDUKMUUU……”

Saya juga ikut-ikutan nyanyi kayak begitu. Baru ketika SMP, saya tahu, itu salah. Yang benar adalah PENDUKUNGMU, bukan PENDUDUKMU!

Yang lebih lucu lagi, istri saya cerita dahulu ketika TK dan SD ia dengan khidmat menyanyikan lagu ini sebagai berikut:

“Garudaa Pancasilaaaa, Aku LAPENDU KUNGMU….”

(“Kami nggak tau arti kata “Lapendu” dan “Kungmu” itu apa, tapi ya diajarinnya begitu sih, hahaha…” aku istri saya malu-malu. Dia baru tau ketika SMA, bahwa teks yang benar adalah “akuLAH PENDUKUNGMU…).

5. (Masih) Lagu Garuda Pancasila
Blunder berikutnya ada pada lirik sebelum refrain:

“Rakyat adil makmur sentosaaaa. RIBA-RIBANGSA KUUU…..”

Atau versi blunder lainnya:

“Rakyat adil makmur sentosa. PRIBAA-PRIBANGSAKU…”

Lucu deh. Saya baru ngeh bertahun-tahun kemudian kalau yang dimaksud adalah: “PRIBAAADI BANGSAKUU…”

6. Lagu Rayuan Pulau Kelapa
Pada refrainnya saya selalu menyanyikan:

“ Berbisik-bisiik, RAJA KLANAAAA…”

Sumpah mati, waktu SD saya tidak tahu apa itu Raja Klana… Yang saya bayangkan, dia itu seorang raja terkenal, yang dimaksud si pencipta lagu, yang berbisik-bisik tentang indahnya Indonesia.

Barulah ketika SMP, saat belajar tentang ungkapan dan peribahasa, saya sadar bahwa yang dimaksud lagu itu adalah RAJA KELANA alias ANGIN..!!! Mungkin karena itu grup band RAJA to the point, bikin syair “Angin, bawalah diriku melayang” dan bukan “RAJA KELANA bawaalah… dst…”, hehehe

7. Lagu Padamu Negeri
Entah beratus kali menyanyikan lagu ini waktu SD dan SMP (bahkan SMA), banyak kawan-kawan saya yang selalu salah menyusun syairnya, kapan pakai kata BERJANJI, BERBAKTI, dan MENGABDI… Jadi, kadang di awal lagu sudah langsung tancap gas “Padamu negeri, kami mengabdiiiii…” Lho, salah kan?

8. Lagu Bangun Pemuda-Pemudi
Ini jarang dinyanyikan. Tetapi pada larik syair berikut, saya suka mengucapkannya seperti ini:

“Masa yang akan datang, kewajiban MULAAAH….”

Saya terus-terang nggak ngerti siapa MULAH itu. Pernah dengar sih waktu SMP, ada sebutan Mulah (ulama) di Iran. Bingung kan, masa akan datang Indonesia kok jadi kewajiban para mulah itu. Rupanya, kite yang keliru. Teks itu aslinya adalah “KEWAJIBANMU-LAH….” Hahaha.

Anda-anda sendiri, punya pengalaman serupa? Kalau tidak, syukurlah. Artinya, memang masa kecil saya aja yang nggak bener J Tetapi kalau mirip-mirip, jangan-jangan masih banyak lagu lain yang juga salah kaprah. Atauu, jangan-jangan yang saya tulis di atas itulah yang masih anda pahami sampai sekarang. Whaaaa......!?

11 comments:

Anonymous said...

Bang!
Karena gue tahu kita besar bareng di Medan, satu TK dan SD nya satu yayasan, jadi kayaknya kita bisa menyalahkan guru TK dan SD kita. Kecuali banyak orang di luar sana yang punya pengalaman sama, berarti jaman itu kebiasaan anak bertanya memang belum sebaik sekarang. Better late than never!

Unknown said...

Mas Hus....
Kalau begitu, betapa beruntungnya aku ini. Alhamdulillah..... guru-guru SD dan SMP ku mengajarkan lagu-lagu tersebut dengan syair yang benar. Tapi asli lho Mas.... Aku ngakak banget deh baca tulisan Mas Husein yang satu ini.

Ha....ha....ha....

Vania said...

Salam kenal, share pengalaman jg ya! Kebetulan lagi cari2 arti lagu Indonesia tuk diterjemahkan ke dalam bhs Jerman, bahasa ibu suami saya...huhuhu

FYI saya masi apal semua lagu2 loh! Semakin merasuk dan matafff sejak saya jauh dari kampung

1. Lagu Halo-halo Bandung
PERIANGAN saya dulu nyanyinya PERJUANGAN

6. Lagu Rayuan Pulau Kelapa
Pada refrainnya saya selalu menyanyikan:

“ Berbisik-bisiik, RAJA KLANAAAA…”
Aku baru tau artinya DETIK INI setelah baca BLOGMU! Makasih ya mas...

7. Lagu Padamu Negeri
iya suka ketuker...malu deh ih

8. Lagu Bangun Pemuda-Pemudi
ngga salah sih cuma ketawa aja baca pengalamanmu...hihihi

kelapa bertunas said...

numpang lewat mas!sudah lama saya ngga cekikikan geli...thx!:))))))

Anonymous said...

haha..
tapi yang abang tulis bener bgt lho..jadi bisa nostalgia pas SD dulu..hihi..
ayo bang tulis lagi yang lebih lucu lagi yaa..
bacanya bikin ketaw..haha..

Anonymous said...

sama kaya adik saya, dulu menyani balonku ada lima,

Balon ku ada lima
rupa rupa warnanya
merah kuning kelabu, merah muda dan biru
meletus balon hijau
DORR!!! ( nah loooh)

balon hijau nya kelupaan ngga di sebutkan.

Y U N E X said...

Lam kenal, duh bang... kejadian salah syair bener2 kejadian di sekolah yang aku ajar. Duh jadi malu... ceritanya kita ikutan lomba paduan suara dengan lagu pilihan "Bagimu Negeri (katanya judul yang bener lho, bukan "Padamu Negeri"). Trus kita pede kale bakal menang, ternyata hiks.. satu nomor pun tak didapat. ternyata gara2 kebalik syairna, berjanji, mengabdi, baru berbakti... duh kasihan murid2ku

Rahmat Febrianto said...

Lucu sekali. Bagi adik saya, ketika ia masih kecil, malah lagu Garuda Pancasila yang diputar di TVRI setiap jam 19.30 adalah lonceng perintah tidur.

Tapi,untung lagu itu bukan begini:

"Garuda Pancasila, aku lelah mendukungmu..."

Cheers

Anonymous said...

Kalau dulu, sy keliru pas nyanyikan lagu pancasila, "garuda pancasila...akulah pendukulmu..."

Krn udah ketawa dr awal baca blog ini,, jd crita sy pun berasa ga lucu lg... Hiks

Anonymous said...

Lirik lagunya sudah benar periangan bro,
kebetulan ketika itu Bandung menjadi Ibu Kota Keresidenan Priangan sehingga tercipta lirik “Ibu Kota Periangan”.

Ahmad Husein said...

Iya udah benar. Kitanya yang denger yang salah interpretasi karena tidak akrab dengan kata Periangan, cuma tau Parahyangan.. :)