Catatan: Ini tulisan yang senantiasa dibuat sepanjang perjalanan tugas, tetapi selalu gagal diposting atas nama kata sibuk...
===
Saat tugas ke Solo, beberapa waktu lalu, saya diajak rekan-rekan untuk mencicipi bebek goreng Pak Slamet di kawasan Tipes, Solo.
Jadi, kami pun meluncur ke sana. Lumayan ramai, dan waktu dari pemesanan hingga hidangan datang cukup lama. Tetapi setelah hidangan datang, wuih, baru terasa bedanya. Lezat, garing, murah lagi. Hanya, tulangnya keras, tidak di-presto. Tetapi tak apalah, masak enggak rela kalau tulang juga nggak perlu ditelan?
Malam kedua, kami tidak sempat ke mana-mana, malah makan di ruang rapat, karena acara cukup padat. Menunya, bebek panggang tulang lunak. Yummy, tidak kalah dengan bebek goreng malam sebelumnya. Cuma, lalapannya pelit banget. Masak hanya timun dua iris. Sial…, eh, alhamdulillah…
Malam ketiga, giliran nasi liwet di Keprabon Kulon, tepatnya di Warung Nasi Liwet Bu Wongso Lemu. Konon ini katanya terkenal. Manalah aku tau? Tapi rupanya, harganya agak mahal. Kata kawan-kawan, mungkin karena kami datang bergaya turis (hehehe). Dan, lucunya, ketika menuju menuju jalan besar untuk pulang, kami bertemu dengan beberapa warung nasi liwet lain Tebak namanya? Sama, Bu Wongso Lemu! Sama atau beda pemilik? Atau itu nama generik? Ijinkan saya menjawabnya dengan kalimat: mana aku tau?
Berhubung sulit mendapat taksi ke hotel, kami akhirnya mencarter angkot. Si Mas sopir dengan baik hati mengantar hingga berhenti tepat di depan lobby. Oh, betapa percaya dirinya kami…
Malam terakhir, saya makan di sekitar Pasar Gede. Namanya sih Nasi Liwet dan Gudeg Mbak Sus. Sederhana, lesehan. Eh, lumayan murah pula.
Tiga hari di Solo, setidaknya kamus wisata kuliner saya nambah dikit. Asyik. (ah)
No comments:
Post a Comment